Review Buku Sirkus Pohon karya Andrea Hirata
Nama : Laila Devy Eli Munandar
NIM : 2101417070
Rombel : 002/ Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Mata Kuliah : Dasar-Dasar Keterampilan Berbahasa Produktif (Menulis)
Judul : Sirkus Pohon
Penulis : Andrea Hirata
Penyunting : Imam Risdiyanto
Penerbit : Penerbit Bentang (PT Bentang Pustaka)
Tebal Buku : xiv + 410 hlm ; 20,5 cm
Cetakan : Pertama, Agustus 2017
ISBN : 978-602-291-409-9
Dilansir dari CNN Indonesia, dijelaskan bahwa buku ini adalah satu-satunya novel Andrea Hirata yang ditulis paling lama. Ia membutuhkan waktu 4 tahun hanya untuk riset. Sedangkan proses menulisnya membutuhkan waktu 2 tahun.
Buku ini adalah buku karya Andrea Hirata yang kesepuluh. Nah, kali ini saya akan mereview buku Sirkus Pohon per babak. Saya akan menggunakan Teori Struktural Robert Stanton untuk mereviewnya. Sekedar informasi, Teori Struktural Robert Stanton adalah teori yang mengedepankan elemen pembangun karya sastra, yaitu fakta cerita, sarana cerita dan tema.
Fakta Cerita :
Alur percampuran yang digunakan oleh Andrea Hirata sangatlah menggelitik pembaca. Membuat pembaca penasaran, apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh Andrea Hirata. Pada bab pertama hingga bab kelima, ia menceritakan keresahan-keresahan yang dialami oleh tokoh 'aku' atau Sobri. Kebencian, kesedihan, keputus-asaan serta penyesalannya.
Pada bab selanjutnya, Andrea Hirata tiba-tiba menceritakan tokoh lain yaitu Tegar dan Tara anak kelas 5 SD. Tentang pertemuan mereka. Dari bab 6 hingga bab 11, Andrea Hirata menceritakan kisah tokoh 'aku' dan tokoh Tegar dengan Tara secara bergantian.
Lalu pada bab 12 hingga bab 15 dijelaskan tentang pekerjaan baru tokoh 'aku' yaitu badut. Dari awal ia wawancara hingga ia mulai bekerja. Kemudian pada bab selanjutnya Andrea baru menceritakan latar belakang dari ketiga tokoh tersebut.
Sebenarnya banyak tokoh yang diceritakan pada novel tersebut. Seperti si begundal Taripol, si Tamak Gastori, si Misterius Abdul Rapi yang masing-masing memiliki perbedaan masalah dan latar belakang.
Masing-masing memiliki andil dalam kehidupan Sobri. Seperti si Taripol yang membuatnya di usir dari rumah oleh adiknya. Gastori yang membuat Sirkus Badut impiannya gulung tikar. Dan Abdul Rapi yang memprovokasi Gastori.
Dari awal latar tempat yang digunakan Andrea untuk menceritakan kisah tersebut adalah di sebuah perkampungan Tanjung Lantai di Belitung. Seperti di Polsek Belantik, rumah panggung tua Melayu, Sungai Maharani, dan masih banyak lagi.
Sarana Cerita :
Judul yang digunakan pada setiap bab sudah mencerminkan isi pokok dari apa yang dimaksud oleh Andrea. contoh pada bab 3 "SMA Atau Sederajat" menjelaskan bahwa mencari pekerjaan itu sangatlah susah. Kebanyakan perusahaan atau tempat kerja mencari pegawai minimal lulusan SMA atau Sederajat.
Penggunaan bahasa pada novel Sirkus ini tidaklah terlalu banyak majas. Jadi mudah dipahami oleh orang yang awam sastra. Meskipun begitu, pengemasan bahasa yang dilakukan Andrea sangatlah apik dan imajinatif. Seakan Andrea memperlihatkan derajatnya dalam dunia sastra. Andrea juga tetap konsisten menggunakan bahasa yang masih kental dengan bahasa Melayu, yaitu bahasa yang menjadi bahasa daerah kampung Belitung. Ketika kita membaca novelnya, seolah kita bertolak ke kampung yang ia ceritakan.
Tema :
Sesuai dengan judul novelnya. Menurut saya, ide/gagasannya adalah sirkus dan pohon. Dimana setiap sirkus ada berbagai macam pertunjukan. Maka ada berbagai macam pula perilaku manusia. Pohon disini adalah sebagai tempat naungan orang-orang. Tempat meneduh, tempat merenung, tempat untuk dapat melihat lebih luas jika memanjat dari atas.
Andrea Hirata mengajak kita untuk terus berusaha apapun yang terjadi nantinya. Juga kita tidak boleh berlama-lama dengan kesedihan seperti pada bab 2 "40 Hari Kesedihan". Ia juga ingin membuka mata pembaca bahwa kebahagiaan itu bukanlah sesuatu yang selamanya mewah, mahal dan berkelas. Kebahagiaan itu dapat kita rasakan hanya dengan sesuatu yang mudah.
"Aku sendiri lebih dari rela tak dapat duit 30 juta rupiah. Bagiku duit itu tiada berarti demi menyelamatkan sirkus keliling di Tanah Air tercinta ini." - Sirkus Pohon halaman 378.
Selain diatas, Andrea juga menceritakan kisah perjuangan cinta 2 pasang muda mudi. Yaitu Sobri dengan Dinda dan Tegar dengan Tara. Masing-masing memiliki permasalahan yang berbeda. Sobri dengan Dinda yang terhalang magis yang mendera Dinda hingga ia diam saja tak mau bicara sepatah kata pun. Tegar dan Tara yang saling tidak mengenal, namun saling mencari. Meskipun mereka gagal saling menemukan. Namun pada akhirnya perjuangan mereka tak ada yang sia-sia. Mereka dipersatukan.
Salah satu kalimat favorit saya, "Tuhan menciptakan tangan seperti tangan adanya, kaki seperti kaki adanya, untuk memudahkan manusia bekerja." - Sirkus Pohon halaman 37.
Andrea pun menjelaskan permasalahan-permasalahan yang sering terjadi di perkampungan. Seperti situasi ekonomi, sosial dan politik di kampung Tanjung Lantai.
salah satu contoh keadaan ekonomi yang dijelaskan adalah :
"Melihat rumah reyot kami, datanglah petugas dari kantor desa mau menempelkan stiker bertulisan penuh pesona "Rumah Tangga Miskin-Binaan Desa" di dinding papan muka beranda." - Sirkus Pohon halaman 36-37.
Secara tidak sengaja, Andrea nampaknya juga menyindir tentang status sosial, yaitu pekerjaan. Masih banyak orang yang memuja pekerjaan tetap. Yaitu sebagai karyawan atau pun PNS. Hal itu dijelaskan pada bab 13 "Lebih Tetap daripada Matahari Terbit".
Mengenai situasi politik, Indonesia memiliki permasalahan yang sama dari ujung utara hingga ujung selatan. Kebanyakan permasalahannya adalah suap, setiap orang yang memiliki kekayaan lebih ialah pemenangnya. Seperti yang dilakukan oleh Gastori. Ia melakukan segala cara demi memenangkan pemilihan kepala desa Tanjung.
Demikian review yang saya tulis. Mohon maaf apabila masih banyak kekurangan.
Nah menurut saya, buku Sirkus Pohon karya Andrea Hirata ini sangat bagus. Bisa menjadi referensi penambahan kosa kata bagi yang sedang mempelajari bahasa. Banyak pelajaran yang dapat kita petik dengan membaca buku tersebut. Saya sangat menyukainya karena karya Andrea Hirata ini seperti menjelaskan bahwa "ini adalah Indonesia".
Untuk mengapresiasi penulis, belilah bukunya. Jangan hanya meminjam ya! :)
Salam,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar